Friday, September 14, 2012

KOTA CANTIK YOGYAKARTA




Senja menyenggolku dengan sengaja dari ufuk timur, ketika aku, dinda, achi dan nji akan menempuh jakarta menuju kota ramah bernama jogja dengan menggunakan kereta api. Sebersit langkah kecil kutinggalkan disini, dengan canda yang mengiringi keberangkatan kami..

                     *sisa senyum lelah di tengah perjalanan menuju kota cantik bernama jogja

*aku dan dinda



Wajah lelah bercampur mata yang bergelayut dengan cepat berganti senyum semeringah, ketika melihat papan besar yang bertuliskan stasiun lempuyungan. ku tatap mega mentari penuh seri, lalu kuhirup sejuk aroma udara khas sekitar jogja yang menelusuk jutaan rindu yang membeku.

                                               *stasiun lempuyungan JOGJAKARTA!

Singkat cerita, aku bersama mereka yang bersahaja, penuh semangat untuk menuju sebuah pantai di ujung kota jogja, peluhnya mampu merangkulku untuk berpelukan dengan alam. Sejentik kesunyian buyar melalui deburan ombak yang kulihat beriring dari kejauhan. Langkah kakiku mulai bergegas dan membuat jejak tipis di bawah kanvas terbesarku yang bernama langit.

*Pantai SIUNG


                                                      *aku, mereka, dan pantai


                                              *(jack, ayunda, nji, adinda, achi, kodok)

Ku tatap sekitar pantai sepi, ku perhatikan damai birunya laut, tenangnya suasana mampu membuat darahku berdesir hebat hingga terpikat. Rasanya ingin terus ku merasa seperti ini. Bahkan hingga bulir laut habis diserap bumi. Tak akan ku lewatkan gurat siluet sempurna tanpa sebuah jepretan kamera melalui bias lekuk pagi yang tuhan pancarkan dalam sebuah garis pantai tipis nan eksotis.

*akan kuhapus garis cakrawala, agar matahari tidak tenggelam...

                                       *sebersit canda yang menangkap sebuah cerita 

                                 *aku ingin menjadi seekor burung yang lepas tanpa batas


Salah satu temanku sedikit berceloteh dan mengajak ku mendaki sebuah tebing, masih di pantai bernama siung. dia bilang “coba daki, dan akan kau tenemukan segores warna indah dibalik ini”. Ku ikuti jejaknya, langkah demi langkah menata jalan menuju puncak dengan bertelanjang kaki.


Jari jari ku mulai sedikt terluka sedikit teriris perih, karena tertusuk kerangka tebing curam. Kami saling membantu untuk menuju puncak goresan pelangi di ujung pendakian ini.


                                    *dan akhirnya kami pun mencapai puncak

Sesampainya di ujung tebing, lelahku terbayar, perih ku hilang, bibirku rumit tak dapat berkelit, dan badan ku diam tak dapat berkutik. Masih terekam di imajiku betapa cemerlangnya debur suara laut menghantam kerasnya karang.  Rasanya ingin ku menghapus garis cakrawala agar matahari tak tenggelam, Mata tak terpejam ,dan siang tak berganti malam..