Hujan selalu membawaku ke sebuah dinding waktu. dimana tiap bulir embun mu menyeruak masuk di sela isi sela kepala. Tuhan.. kau ciptakan
setetes bulir hujan bukan sebagai mesin pengingat masa lalu kan? Biar kuhirup
aroma mu lebih dalam, lebih diam, dan membuat kumerasa jauh lebih tenang..
Awan menjadi
kelabu, langitmu kian berseru, kemudian terlihat tetes gerimis, lalu
datanglah kamu..
Biarlah
melodi hujanmu membuat aku terlelap dalam gelap, membangun jalan menuju mimpi, membangkitkan
mataku untuk melihat pagi, pertanda tuhan masih membiarkan aku untuk tersenyum
kembali..
Kalau
diperkenankan, ingin sekali rasanya ku patahkan sebagian memori ingatanku, untuk
tidak menangkap siluet yang bernama rindu,
biarlah aku terdampar membeku di sebuah garis pantai lepas, agar jarak
pandangku terlihat tanpa batas. Melihat
air laut jernih membiru, menerawang keberadaan makluk kecil yang saling bercumbu.
Membuat garis dengan sebatang kayu.. lalu kemudian aku lupa dengan kamu..
Sebenarnya
aku mulai lelah memilih, mulai lelah memulai, dan mulai takut untuk mencari
siapa yang terbaik diantara mereka. Sampai kapan aku harus di pertemukan pada beberapa
orang yang salah. hai tuhan, jodoh itu seperti apa? Mengapa begitu banyak langkah terjal
untuk menuju sana..
Bagaimana aku tahu kalau rindu itu ada, satu satu nya jalan agar aku bertemu rindu adalah mencium wangi tubuhmu hingga aku mencandu. Tugasmu sekarang adalah membuat aku lupa, membiarkan aku tidak ingat apa apa. Melepaskan genggam yang sempat terluka dan mendoakan aku selalu bahagia..