Friday, November 14, 2014

KETIKA AKU BERETMU RINDU

Cara yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya, tentang dia yang datang untuk menggantikan malam dengan pagi . tentang ribuan detik yang menawarkan cerita dengan sebuah janji, tentang degup jantung yang menjadi arti dari sebuah melodi, dan tentang memory yang mulai pulih kembali..



Selepas kehadirannya, aku selalu bertemu dengan rindu, ia menanyakan, “bagaimana kabar tentang hatimu”? lalu ku jawab. “hati ku kini dinina bobokan dalam mati suri”.

Wahai kamu lelaki berkemeja putih, ketahuilah bahwa aku menyimpan sepercik bungkam pada goresan ragu. Aku yang membiaskan sebersit tawa di kedua pelupuk mata. Dan aku pula yang akan menggoreskan pena di selembar daun senja.


Tuhan, aku tak pernah sesemangat ini untuk menemukan jalan pulang, karena pulang kini menjadi makna baru untuk rindu bertemu pemiliknya, Sebuah rumah yang menempati separuh renta dari otakku, sebuah tempat yang menawarkan bau gerimis di sepenggal waktu ku.



Kini aku menemukan tangan yang bisa selalu aku genggam dalam gelap. Sepasang mata yang merekam langkah untuk melihat ke setiap sudut arah, sandaran bahu yang mempersilahkankan aku untuk bisa selalu mengadu, dan kedua pelupuk yang membawa ku kedalam hangatnya sebuah peluk...




by : Ayunda Larassati

Monday, January 6, 2014

RUMIT



Terasa hari ini semua makin menjauh . satu yang membuat ku dekat adalah tempat yang pernah kita singgahi untuk saling mengingat. 

Ketika aku duduk di meja yang sama, kopi yang sama, kamu yang berbeda, dengan percakapan hangat yang telah tiada..


Aksaramu masih berkutat melemahkan sebagian otak ku, ceritamu masih menyeruak di dalam relung batinku. Siluet senjamu masih menghantui hari hariku, dan kau meninggalkan aku..
Di permukaan mataku kau menuliskan sendu, kau dan aku begitu fasih menghancurkan pilihan. Namun tak pernah tahu bagaimana cara saling memulihkan..

Kita begitu hafal bagaimana cara saling menemukan, tapi tak pernah mengingat bagaimana cara saling menghafal..



Jejakmu terekam, jejakmu tak pernah bungkam. Ku  relakan setiap detail warna klasik di bola matamu. Ku goreskan sebagian tinta pelangi di dalam garis senyum mu.  ku biarkan senja menjadi pagi, dan ku mulai lelah menantimu untuk kembali..

Satu persatu dari mereka datang, untuk menyudahi luka yang berkepanjangan. Seorang dari mereka berkata “lupakan dia dan pilih aku”. Ada pertengkaran kelit di sudut memori, ada sayatan rumit di sela jemari. Ada kamu di dalam hati. Tapi entahlah aku tak mau mengingatnya lagi..